Selasa, 26 Juni 2007

Harapan

“Hidup tanpa harapan adalah hidup yang sepi, sedih, dan prihatin”. (Amien Ra’is)
Yah, hanya harapanlah yang akan membuat hidup kita ini tidak akan menjadi sepi, menyedihkan, atau memprihatikan. Seseorang yang memiliki harapan dan impian, gerak-gerik kehidupannya akan menjadi penuh makna. Seperti; ketika ia berdiri atau duduk ia punya alasan mengapa dia melakukannya. Ini akan berbeda sekali bagi mereka yang tidak memiliki harapan dan impian maka layar kehidupannya hanya akan selalu mengikuti kemana angin membawanya, hidup hanyalah perjalanan tanpa arah. Sang nahkoda memang tidak akan pernah bisa mengendalikan arah angin, tapi kemana ia akan membawa kapalnya itu ada ditangannya. Begitu pula dengan arah kehidupan ini, kita memiliki kebebasan dan kesempatan untuk menjadi apa dan mau kemana arahnya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri...(QS Ar-Ra’ad (13): 11).
Perubahan sejarah peradaban manusia, menurut Hegel berakar dalam tahap kesadaran yang mendahuluinya, yakni pada tingkat ide-ide. Ide-ide disini bisa dipahami semacam sebuah harapan atau impian. Lihat saja bagaimana eropa maju seperti saat ini diawali oleh kesadaran mereka untuk maju, bukan takdir Tuhan. Harapan atau impian itu tidaklah harus setinggi gunung himalaya atau sebesar tembok besar cina. Mulailah kita dari hal yang terkecil dan sederhana dulu. Karena suatu perubahan besar itu selalu diawali dari perubahan yang terkecil terlebih dahulu. Kemudian sekarang pertanyaannya bagaimana agar harapan dan impian tersebut akan terus hidup dalam diri kita ?
“Taruh semua harapan, cita-cita, keyakinan, dan apalah namanya 5 cm di depan keningmu, biarlah dia mengambang, menggantung, dan jangan biarkan dia menempel di keningmu Karena mata kita setiap hari akan melihatnya dan setiap saat kita akan membawanya kemanapun kita melangkah. Kemudian yang kita butuhkan adalah...langkah yang akan berjalan lebih cepat, tangan yang akan berbuat lebih banyak, dan mata yang akan menatap lebih lama. Jangan pernah menanyakan apakah mimpimu, harapanmu, atau cita-citamu itu akan menjadi kenyataan akan tetapi keyakinanlah yang harus dipupuk bahwa kita pasti meraih itu semuanya”, demikianlah Ian mengkuliahi teman-temannya ketika mereka tidak mempercayai kalau mereka mampu menaklukkan gunung Mahameru (baca novel 5 cm).

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Awalnya aku hanya suka membaca, tapi sejak umur berapa aku sudah tidak ingat lagi. Seiring berjalannya durasi waktu, aku sadar sekedar membaca tidaklah cukup dalam kehidupan yang hanya sesaat ini. Maka, mulailah aku menulis, menulis apa saja yang ingin aku tuliskan, sebab seorang penulis itu seperti seorang arkeolog yang aktivitasnya adalah mengumpulkan atau menggali fosil-fosil yang terpendam dalam tanah. Begitulah aku, akan kutuliskam setiap kali kutemukan penggalan-penggalan realitas yang ku temui di sepanjang ruas jalan kehidupan ini, biar di kehidupan mendatang apa yang ku tuliskan ini bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Arsip Blog

AKu

AKu
Menulislah, Nak!