Selasa, 15 Juli 2008

Bila Aku Hanya Punya Satu Hari

“Bro, seandainya waktu tinggal satu hari lagi, gimana?
Gak kebayang jutaan manusia melakukan apa di sisa waktu itu.
Kalo kamu mau ngelakuin apa?”

Kata-kata tersebut tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam inbox Hpku, di kirim salah seorang teman dekat yang kini tengah mengejar impian dan harapannya di Jakarta.

Apa yang akan aku lakukan jika waktuku hanya tinggal sehari saja? Haruskah aku mengunjungi semua orang terdekatku, memeluk dan mendekap erat dia yang paling kusayangi, pergi ke masjid atau moshola lalu duduk hikmat sambil berzikir atau membaca kitab suci, atau aku tidur saja tuk membunuh rasa takut di menit-menit terakhirku?

Bagiku, satu hari terlalu singkat untuk mengatakan salam perpisahan ke semua orang terdekat atau yang pernah dekat denganku. Memeluk dan mendekap dia yang kusayangi air mataku tak cukup untuk menangis seharian, dan hatiku terlalu sempit untuk memuat berjuta kesedihan. Pergi ke rumah Tuhan untuk menyesali atau untuk mencari tambahan pahala lalu apa bedanya aku dengan koruptor-koruptor?, yang menyesal bila ingat dosa-dosa atau menyogok (beribadah seharian penuh) biar semuanya dimudahkan. Dan bila aku memilih tidur, maka aku akan kehilangan waktu untuk berkunjung; memeluk dan mendekap dia; dan taman hatiku akan bertambah gersang bila aku menjauh dariNya.

Aku, akan kujalani satu hari terakhirku seperti hari-hari biasanya; bila aku tidak sibuk akan kukunjungi ayah, ibu, adik, bibi, nenek, kakek, teman, dan juga tentu saja kamu; memeluk dan mendekapnya tentu bila dia sudah halal bagiku; mendatangi rumahNya bila telah masuk waktunya; dan aku akan tidur jika aku sudah kelelahan. Sebab, kehidupan itu seperti kuda di malam hari; semakin cepat larinya, semakin dekatlah pagi hari.

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Awalnya aku hanya suka membaca, tapi sejak umur berapa aku sudah tidak ingat lagi. Seiring berjalannya durasi waktu, aku sadar sekedar membaca tidaklah cukup dalam kehidupan yang hanya sesaat ini. Maka, mulailah aku menulis, menulis apa saja yang ingin aku tuliskan, sebab seorang penulis itu seperti seorang arkeolog yang aktivitasnya adalah mengumpulkan atau menggali fosil-fosil yang terpendam dalam tanah. Begitulah aku, akan kutuliskam setiap kali kutemukan penggalan-penggalan realitas yang ku temui di sepanjang ruas jalan kehidupan ini, biar di kehidupan mendatang apa yang ku tuliskan ini bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

Arsip Blog

AKu

AKu
Menulislah, Nak!